,MEDAN-
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara mengomentari masalah terkait dengan tingkat peningkatan jumlah siswa yang meninggalkan pendidikan dasar di provinsi tersebut.
Anggota Komisi E DPRD Sumut, Meryl Rouli mengungkapkan rasa kecewa atas hasil survei Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dikdasmen). Survei tersebut menunjukkan bahwa Sumatera Utara adalah provinsi dengan angka putus sekolah tertinggi urutan dua di Indonesia.
Menurut dia, hal itu bukan cuma sebatas angka, melainkan pesan penting bagi pemerintah daerah setempat.
“Saya sangat prihatin dengan data dari Mendikdasmen yang menunjukkan Sumatera Utara berada di posisi kedua tertinggi angka putus sekolah dasar di Indonesia. Ini bukan hanya angka, ini adalah peringatan serius bagi kita semua,” jelasnya saat dikonfirmasi Tribun Medan, Jumat (9/5/2025).
Hal ini dijelaskan bahwa apabila seorang anak meninggalkan pendidikan dasar, maka hal itu setara dengan mengakhiri masa depan mereka.
“Saat seorang anak meninggalkan sekolah pada tahap awal, selain hak mereka atas pendidikan terabaikan, kesempatan untuk meraih masa depan serta potensi negara ikut sirna,” katanya.
Menurut komisi E DPRD Sumut, hal ini mencerminkan masalah yang lebih mendalam, seperti ketidakseimbangan dalam akses pendidikan, kemiskinan struktural, serta kurangnya bimbingan sosial.
“Masalah ini tak boleh dianggap remeh. Oleh karena itu, kewajiban kami ialah mengonfirmasi bahwa semua kabupaten/kota mesti sungguh-sungguh melaksanakan tanggung jawab eksekutif mereka dalam rangka memastikan hak pendidikan bagi anak-anak Sumatera Utara dengan cara yang komprehensif serta adil,” terangnya.
Komisi E juga, sesuai dengan pernyataan Merryl, akan mengundang dan menilai setiap Dinas Pendidikan di setiap kabupaten atau kota.
“Kami di Komisi E akan memanggil seluruh Disdik, dan akan mengevaluasi program-program yang sudah berjalan, serta mendorong agar anggaran pendidikan benar-benar sampai ke kelompok yang paling rentan seperti anak-anak dari keluarga miskin, anak pekerja informal, dan mereka yang tinggal di wilayah sulit dijangkau,” tuturnya.
Menurut pernyataan tersebut, komisi E DPRD Sumatera Utara mendorong agar setiap kabupaten atau kota meningkatkan program beasiswa, mendirikan sekolah yang didukung oleh komunitas, serta mengambil langkah proaktif dalam menyuarakan kepada publik tentang betapa pentingnya pendidikan bagi masa depan generasi muda.
“Bila kita tak serius saat ini, Indonesia Emas dapat bertransformasi menjadi Indonesia Khawatir. Sebab, ketidakmampuan kita memastikan pendidikan dasar sekarang merupakan kekalahan dalam melahirkan pemimpin, pekerja, dan pencipta inovasi negara di masa mendatang,” katanya.
Sebagaimana dilaporkan sebelumnya, Sumatera Utara menduduki posisi kedua sebagai provinsi dengan tingkat putus sekolah paling rendah untuk jenjang SD di Indonesia.
Informasi tersebut diperoleh melalui situs web resmi Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dikdasmen), yaitu Data.dikdasmen.go.id
Gubernur Sumut Bobby Nasution memberikan tanggapannya terhadap masalah itu pada hari Selasa, 6 Mei 2025.
Menurut Bobby Nasution, banyaknya masyarakat sumut yang putus sekolah pada saat jenjang Sekolah Dasar disebabkan beberapa faktor. Diantaranya akses dan fasilitas sekolah.
Bobby Nasution juga menyebutkan bahwa masih ada banyak sekolah yang tidak memadai, khususnya di Kabupaten Nias Barat.
“Iya (banyak warga di Sumut yang berhenti sekolah dasar). Kami perlu melihat penyebabnya terlebih dulu,” katanya.
Hasil peninjunjangannya ke Kabupaten Nias Barat menunjukkan bahwa terdapat banyak sekolah yang tidak memadai untuk proses pembelajaran dan pengajaran.
“Penyebab utamanya adalah kualitas pelayanan sarana dan prasarana. Hal ini perlu menjadi fokus kami, terdapat sejumlah sekolah yang belum memenuhi standar. Selain itu, ada kasus yang sempat ramai dibicarakan minggu lalu di Nias, bukan disebabkan oleh ketidaklayakan sekolah melainkan karena akses jalannya masih sangat jauh dari pemukiman warga,” katanya.
Merespon fakta bahwa Sumatera Utara menempati urutan kedua dalam jumlah masyarakat yang meninggalkan pendidikan di Indonesia, Bobby berkomitmen untuk mengawali perbaikan dengan meningkatkan kualitas layanan serta sarana dan prasarana sekolah.
“Dalam langkah selanjutnya, ada sejumlah hal yang dapat kami laksanakan antara lain dengan meningkatkan sarana dan prasarana serta layanan. Apabila layanan berjarak cukup jauh dari pemukiman penduduk, akan diberlakukan sistem gurunya untuk mengunjungi daerah-daerah tersebut,” terangnya.
Diketahui berdasarkan data Disdakmen, provinsi pertama yang tinggi putus Sekolah Dasar adalah Jawa Barat sebanyak 4681 orang.
Sementara Sumut berada di peringkat keuda dengan jumlah warga yang putus Sekolah Dasar sebanyak 3030 orang.
Sementara itu, peringkat ketiga dengan jumlah lulusan SD yang banyak adalah Provinsi Sumatera Selatan dengan total 1767 siswa.
(Cr5/)
Baca berita
TRIBUN MEDAN
lainnya di
Google News
Perhatikan pula berita atau detail tambahan yang ada di
Faceboo
k,
Instagram
dan
Twitter
dan
WA Channel
Berita viral lainnya di
Tribun Medan