– Pengelolaan perilaku menyimpang para pemuda di Jawa Barat tetap jadi prioritas utama bagi Gubernur Jabar Dedi Mulyadi. Untuk menyelesaikan permasalahan ini dengan serius, Dedi Mulyadi bahkan mengembangkan program pendampingan yang mencakup partisipasi elemen militer dan kepolisian.
Anak-anak bandel di Jawa Barat yang memenuhi standar bandel, akan ditempatkan di asrama militer guna pelaksanaan pendidikan moral. Rencana program ini sepertinya tetap berlanjut meskipun menghadapi dukungan dan penolakan dari masyarakat.
Pada kesempatan terkini, Dedi Mulyadi mengungkapkan bahwa disiplin layaknya tentara merupakan suatu keharusan mutlak bagi kemajuannya. Pernyataan ini diberikan oleh Dedi Mulyadi saat acara perayaan Hari Kebangkitan Nasional di tingkat Provinsi Jawa Barat pada tahun 2025, tepatnya pada Selasa (20/5).
“Kemarin kita diperkenankan menyaksikan suatu kejadian yang memperlihatkan betapa seringnya kita meremehkan hal-hal penting. Seringkali kita tidak mau melihat apa adanya, mendengar dengan saksi kritis atau bahkan bersuara atas situasi tersebut. Saat anak-anak teriak di jalan, menggunakan sangkur, membawa celurit, berkeliaran naik sepeda motor hingga ada beberapa kendaraan yang dibakar serta warga berteriak dalam ketakutan, kita cuma mampu bungkam,” ungkap Dedi Mulyadi.
Menurut Dedi Mulyadi, jika anak-anak bermain game online sampai jam 04.00, bolos sekolah, bikin keributan di rumah, dan bahkan mengancam orang tua mereka dengan senjata tajam, maka kita hanya bisa terdiam.
“Kita memiliki dua proses saja, yaitu hukuman pidana dan penahanan di lembaga pemasyarakatan khusus anak. Namun, kita sepertinya belum mengenali semua jalan kesedihan mereka atau merasakan keriuhan jalanan yang sebenarnya tidak memberi rasa aman bagi mereka,” ungkap Dedi Mulyadi kepada para peserta acara tersebut.
Dedi Mulyadi menambahkan bahwa lahan untuk sepak bola semakin menyusut akibat pembangunan rumah, permukiman, dan pusat perbelanjaan. Hal ini membuat anak-anak kekurangan ruang bermain serta hilangnya sumber air bersih di sungai yang sebelumnya dapat digunakan untuk berenang.
“Kehilangan pegunungan memesona di mana mereka berinteraksi dengan lingkungan sekitar membuat hati sedih. Kehilangan ladang luas juga menjadi kenyataan. Apa yang tersisa hanyalah keriuhan dan lebih banyak keriuhan,” jelas Dedi Mulyadi.
Menurut Dedi Mulyadi, setiap individu hanya menyampaikan observasi, analisis, dan penelitian. Begitu pula dengan para guru.
“Ini adalah metode yang diciptakan oleh bangsa kita, namun tak seorang pun mau menerima solusinya; memandangnya sebagai situasi terjebak di pinggir jalan, dipindahkan ke barak, diberikan pendidikan militer, dan ditujukan untuk tumbuh menjadi generasi yang bermanfaat,” papar Dedi Mulyadi.
Dedi Mulyadi menggarisbawahi bahwa disiplin militer merupakan suatu keharusan mutlak untuk kemajuan negara, bukan halangan.
Dedi Mulyadi menyatakan bahwa pandangan negatif tentang militer berasal dari mereka yang khawatir dengan kebangkitan anak-anak Indonesia dan merasa cemas jika generasi muda tersebut akan mencapai kemajuan.
Mereka khawatir negara ini akan jadi bangsa yang kuat dan teguh. Mereka berharap Bangsa Indonesia malah menjadi suatu bangsa pengecut, sebut Dedi Mulyadi.