Dedi Mulyadi Mengaku Kesalahan dalam Program Pendidikan Karakter, Meminta Maaf dan Ingin Perbaikan





Dedi Mulyadi baru saja menyampaikan permintaan maaf tentang implementasi program pendidikan karakter yang menurut dia masih memiliki berbagai kelemahan. Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Dedi telah mengirim siswa-siswa dengan masalah perilaku ke barak tentara guna mendapatkan pembinaan khusus.

Implementasi program pendidikan karakter telah dilakukan pula di Dodik Bela Negara, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Program ini bertujuan untuk mengokohkan kepribadian serta mendasari nilai-nilai kewarganegaraan.

Dan iya, walaupun telah berakhir, Dedi Mulyadi menyatakan bahwa masih terdapat banyak kelemahan dalam program yang dia kelola itu.

“Perfection memang tak pernah ada di awal, selalu ada kekurangan,” demikian kata Dedi Mulyadi seperti dilansir dari Kompas.com pada hari Jumat, 23 Mei 2025.

Meskipun begitu, Dedi tetap yakin bahwa ketidakcukupan itu masih dapat ditingkatkan lebih lanjut. Tidak tertutup pula peluang suatu saat akan menjadi sempurna.

“Tanpa adanya perfeksi di suatu aktivitas, namun perfeksi hanya dapat muncul ketika kita bersedia bekerja keras dan terus-menerus ingin meningkatkan diri,” tambahnya.

Selanjutnya, seusai menyelesaikan program pendidikan karakter yang ia rancang, sang Gubernur Jawa Barat tidak melupakan untuk memberi ucapan permohonan maaf kepada para orangtua siswa yang telah berpartisipasi dalam program ini. Di saat itu pula, Dedi Mulyadi mendorong para orangtua supaya merawati dan mencintai putra-putrinya pasca menghadiri lebih kurang dua minggu pendidikan karakter tersebut.

Bagi semua para orangtua yang dapat bertemu lagi dengan buah hatinya setelah lebih dari sepuluh hari berpisah, mudah-mudahan anak-anak yang kini pulang ke pelukan ibu bapanya akan berkembang pesat dengan budaya serta karakter baru, demikian ungkap Dedi Mulyadi seperti dilansir dari akun Instagram-nya @dedimulyadi71.

Pada saat tersebut, Dedi menyebut bahwa terdapat 13 anak yang tidak diambil kembali oleh orang tuanya. Diduga hal ini disebabkan karena beberapa faktor seperti adanya anak tanpa pengasuh, hidup berjauhan dengan keluarga, atau bahkan karena kedua orangtuanya sedang bekerja di luar negeri.

Menyaksikan itu, Dedi Mulyadi kemudian memilih menjadi orang tua asuh bagi mereka. Ia merujuk pada pemahaman ini sebagai cara menginterpretasikan program pembentukan karakter yang ia kelola.

Dan pada tahap pertama untuk menciptakan peradaban baru di Tanah Sunda.

“Program pendidikan berbasis karakter merupakan tahap pertama dalam mengembangkan suatu kebudayaan baru, yaitu Kebudayaan Sunda, daerah yang amat disayangi rakyat. Daerah ini diwariskan kepada kita oleh Leluhur Siliwangi,” jelas Dedi Mulyadi.

“Lebih baik memulai daripada hanya bercita-cita tanpa henti dengan diskusi dan penelitian ilmiah yang tak terbatas,” tambahnya.

Akhirnya, Dedi Mulyadi juga mengungkapkan ucapan terimakasih kepada sejumlah pihak yang telah berpartisipasi. Ini melibatkan Panglima TNI, KSAD, Pangdam Siliwangi, Rindam Siliwangi, serta semua pembina dalam program pendidikan karakter tersebut.

“Cinta akan menghasilkan semangat untuk nasionalisme bangsa.” Demikian tegas Dedi Mulyadi. (*)

Tinggalkan komentar