Terobosan Revolusioner: Lima Ahli dari UB Siapkan Solusi Inovatif untuk Tantangan Nasional

.CO – Universitas Brawijaya (UB) Malang semakin memperkokoh komitmennya untuk menyelesaikan berbagai tantangan nasional dengan melantik lima professor baru dari beragam bidang studi. Acara pengukuhan ini dilangsungkan di Ruang Sidang lantai enam Gedung Pandita Majapahit UB (Auditorium atau yang biasa dikenal sebagai Gedung Merah) pada hari Rabu, tanggal 28 Mei 2025.

Berdasarkan aspek ekonomi, konservasi, perikanan sampai ilmu bahan, kelima profesor tersebut mengusulkan ide-ide yang didasari oleh penelitian untuk menyelesaikan masalah-masalah penting di negeri ini. Ini mencakup kesenjangan regional, pelestarian lautan, serta teknologi sensor dalam bidang kesehatan.

Ini tidak hanya merupakan suatu pengakuan ilmiah, tetapi juga bentuk konkret dari sumbangan perguruan tinggi terhadap jalannya pembangunan Indonesia. Lima professor tersebut antara lain adalah:

*Professor dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Prof. Dwi Budi Santoso, S.E., M.S., Ph.D, mengenalkan model Klub Konvergensi Ganda (KKnDa) yang bertujuan untuk mendeteksi dengan tepat arah perkembangan ekonomi di berbagai wilayah.

Dia menggarisbawahi bahwa model tersebut bisa jadi sarana bagi pemerintah lokal untuk mengurangi kesenjangan serta merancang strategi pengembangan dengan mempertimbangkan data tentang investasi dan Pendapatan Per Kapita.

“KKNDa mampu mengidentifikasi grup wilayah yang berkembang pesat dan wilayah yang tertinggal, sehingga keputusan dapat menjadi lebih akurat dalam menjangkau tujuannya,” katanya.

*Prof. Nia Kurniawan – Selamatkan Vertebrata Jarang Lewat TAXVERTREE, Indonesia terkenal sebagai salah satu negeri dengan keragaman hayat vertebrata paling tinggi di planet bumi.

Meskipun demikian, tingkat kepunahan pun cukup cepat. Prof. Nia Kurniawan, S.Si., M.P., D.Sc., dari FMIPA UB, menciptakan metode terbaru dengan menggunakan sistem pengenalan TAXVERTREE yang menyatu antara morfologi, genetika, serta filogeni.

“Melalui klasifikasi yang lebih tepat, kita dapat merancang program pelestarian berdasarkan pemahaman evolusi dari spesies tersebut,” jelasnya.

*Prof. Dr. Ir. Daduk Setyohadi, M.P., yang berasal dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), menciptakan Teknologi Sertifikasi Ikan Lemurut Berkelanjutan Selat Bali (TSPLB-UB).

Sistem ini lebih mudah dipahami daripada pedoman internasional, namun masih cukup kuat untuk memelihara stok ikan lemuru yang kritis dan terus-menerus menurun sejak tahun 2010.

“Kami memerlukan suatu sistem yang sesuai dengan situasi setempat. TSPLB-UB ini lebih praktis untuk diimplementasikan di lapangan sambil tetap menjaga aspek keberlanjuan,” katanya.

*Prof. Dr. Ir. Gatut Bintoro, M.Sc., memperkenalkan model PREES-UB untuk manajemen ikan yang menggabungkan unsur ekologi, ekonomi, dan sosial.

Dia mengutamakan peranan masyarakat pesisir dalam pengelolaan wilayah tersebut, sambil mendukung digitalisasi guna memantau jumlah ikan serta menyusun kebijakan di area lautan.

“Hanya dengan melibatkan masyarakat secara aktif serta mengimplementasikan kebijakan yang didukung oleh data, keberlanjutan dapat dicapai,” jelas Prof. Gatut.

* Di area ilmu bahan, Prof. Dr. Eng. Masruroh, S.Si., M.Si., yang berasal dari FMIPA, menciptakan teknologi coating dengan menggunakan campuran TiO₂ dan rGO guna mendukung perangkat deteksi lingkungan serta kesehatan.

Teknologi ini dapat mendeteksi bioaerosol, virus, hingga gas berbahaya secara presisi.

“Layer yang sangat tipis memiliki fleksibilitas tinggi dan dapat diterapkan untuk membuat sensor kecil dengan daya tinggi,” terangnya.

Keempat professor terbaru ini mengubah Universitas Brawijaya tidak hanya menjadi pusat pendidikan tinggi, namun juga sebagai lembaga pemikir penting bagi berbagai permasalahan pembangunan di negeri kita.

Dengan jumlah total 433 professor sampai tahun 2025, UB membuktikan kesetiaannya pada pengembangan pengetahuan yang memiliki dampak besar. (Arh) ***

Tinggalkan komentar